Cahaya Hati

Tawadhunya Rasulullah S.A.W.

Tawadhu'nya ( sifat rendah diri ) Rasulullah S.A.W. terdapat pada ketinggian manshobahnya dan derajatnya, beliau adalah manusia paling rendah diri dan yang tidak mempunyai kesombongan, sesungguhnya Rasulullah S.A.W. mendapatkan dua pilihan antara menjadi Nabi berbentuk raja atau Nabi berbentuk hamba sahaya, maka beliau memilih menjadi berbentuk hamba, maka berkata Malaikat Israfil kepadanya : " Sesungguhnya Allah telah memberimu dengan sebab engkau berendah diri. Sesungguhnya engkau pemimpin anak Adam pada hari Kiamat, dan pertama memberi syafaat ".

Diriwayatkan dari Abu Umamah, bahwasanya Rasulullah S.A.W. keluar kepada kami memakai tongkat, maka kami berdiri ( menghormati/menyambut ) untuknya. Maka Rasulullah S.A.W. berkata : " Jangan kamu berdiri sebagaimana orang-orang ajam berdiri, membesarkan ( menghormati satu dengan yang lainnya ). Sesungguhnya aku adalah seorang hamba yang makan sebagaimana hamba sahaya makan, dan aku duduk sebagaimana hamba sahaya duduk ".

Dari tawadhu'nya, Rasulullah S.A.W. mengendarai keledai, menyambangi orang miskin, duduk bersama orang fakir, menjawab undangan hamba sahaya ( budak ) dan duduk bercampur ditengah sahabat-sahabatnya sampai selesai majelis.

Dalam Hadits Umar bin Khathab, Rasulullah S.A.W. berkata : " Janganlah kamu memujiku secara berlebihan sebagaimana orang Nasrani memuji Nabi Isa bin Maryam. Sesungguhnya saya seorang hamba, maka katakanlah hamba Allah dan Rasulnya. "

Dari Anas bin Malik, bahwasanya ada satu orang perempuan mempunyai keperluan mendatangi Rasulullah S.A.W. dan berkata : " Sesungguhnya aku ada suatu keperluan padamu ", maka Rasulullah S.A.W. berkata : " Duduklah wahai Ummu Fulan ". Kemudian Rasulullah S.A.W. duduk sampai orang tersebut menyelesaikan keperluannya.

Berkata Anas bin Malik, Bahwasanya Rasulullah S.A.W. mengendarai keledai untuk menjawab undangan hamba sahaya, dalam undangannya disediakan roti kering dan kue yang sudah berubah baunya, maka beliau memakannya.

Rasulullah S.A.W. ketika Haji, mengendarai kendaraan dengan memakai selimut yang harganya tidak lebih dari 4 dirham, sambil berkata : " Ya Allah, jadikanlah hajiku haji yang mabrur tidak terdapat riya didalamnya atau kesombongan ". Dan beliau berkorban pada haji tersebut sebanyak 100 onta dan tatkala dibuka untuknya Makkah ( Fathul Makkah ) beliau memasukinya dengan tentara Muslim dengan menundukkan kepalanya diatas kendaraannya hingga hampir menyentuh kakinya berendah diri ( tawadhu' ) kepada Allah S.W.T.

Dari sifat rendah dirinya beliau terlihat dalam perkataannya : " Janganlah kamu membandingkan aku lebih baik dari Yunus bin Matta dan jangan pula kamu sekalian membandingkan aku dengan para Nabi dan janganlah kamu sekalian membandingkan aku lebih baik dari Musa, jika seandainya kejadian yang tertimpa Nabi Yusuf di penjara terjadi padaku, aku akan menjawab permintaan yang memintanya ". Dan beliau berkata kepada yang mengatakan padanya : " Ya Khairal Bariyyah ( wahai sebaik-baik manusia dimuka bumi ini ) itu adalah Ibrahim A.S. ".

Diriwayatkan dari Aisyah, Imam Hasan dan Abi Sa'id serta lainnya, bahwasanya Rasulullah S.A.W. di rumahnya melaksanakan pekerjaan keluarganya, membersihkan, melipat bajunya, memerah kambingnya, menyapu rumahnya, menjahit sandalnya apabila ada kerusakan, menyiapkan makanan dan minuman untuk hewannya, makan bersama pembantunya, membuat makanan bersamanya dan membawa barang belanjaannya dari pasar.

Pernah datang seorang laki-laki kepadanya, gemetar setelah melihatnya disebabkan haibah Rasulullah S.A.W., berkata Rasulullah S.A.W. kepadanya : " Tenanglah wahai saudaraku, sesungguhnya aku bukan malaikat, akan tetapi seorang laki-laki yang dilahirkan dari perempuan Quraisy yang makan makanan ".

Dari Abu Hurairah, aku masuk pasar bersama Rasulullah S.A.W. dan beliau membeli satu celana dan berkata kepada penjual : " Timbang dan hargailah ". Tatkala selesai, si penjual menarik tangan Rasulullah S.A.W. dan menciumnya, Rasulullah menarik tangannya dengan berkata : " Ini pekerjaan dilakukan orang ajam terhadap raja-rajanya dan aku bukanlah seorang raja, tetapi seorang laki-laki sama denganmu ". Kemudian Rasulullah S.A.W. mengambil celana tersebut, maka aku ( Abu Hurairah ) mendekati Rasulullah S.A.W. untuk membawakan celana tersebut, beliau berkata : " Pemilik sesuatu lebih pantas untuk membawa miliknya ".

Takut dan taatnya Rasulullah S.A.W. kepada Allah

Adapun takut, taat dan kesungguhan ibadahnya Rasulullah S.A.W. kepada Allah sesuai ilmu/pengetahuan beliau terhadap Tuhannya.

Dari Said bin Almusayyib, bahwasanya Abu Hurairah berkata, bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda : " Andaikan kamu mengetahui apa-apa yang aku ketahui, niscaya kamu sedikit tertawa dan akan lebih banyak menangis ".

Dalam riwayat lain dari Abu Isa Atturmudzi disandarkan kepada Abu Dzar R.A., Rasulullah bersabda : " Sesungguhnya aku melihat apa yang kamu tidak dapat lihat dan aku mendengar apa yang kamu tidak dapat mendengar, yaitu gemuruh suara penghuni langit yang dipenuhi malaikat yang terdapat didalamnya setiap empat jari melainkan disitu ada malaikat yang meletakkan dahinya bersujud kepada Allah. Demi Allah, andaikan kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan sedikit sekali tertawa dan akan lebih banyak menangis dan kamu tidak akan bersenang-senang dengan istrimu dirumah bahkan kamu akan naik ke tempat yang tinggi untuk memohon kepada Allah ".

Dalam hadits Almughairah, beliau mengatakan, bahwa Rasulullah S.A.W. mengerjakan shalat sehingga kedua kakinya bengkak. Riwayat yang lain, bahwa Rasulullah S.A.W. mengerjakan shalat sampai luka kedua kakinya. Maka di ditanyakan kepadanya, kenapa engkau membebankan diri, sedangkan Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang ?. Rasulullah S.A.W. berkata : " Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba yang bersyukur ".

Dari Abu Salamah dan Abu Hurairah, Aisyah R.A. berkata : " Sesungguhnya amal perbuatan Rasulullah S.A.W. terus menerus tidak ada henti, siapa diantara kamu yang mampu melaksanakannya ".

Dari Aisyah R.A. berkata : " Rasulullah S.A.W. pernah berpuasa sampai kami mengatakan, engkau tidak berbuka Ya Rasulullah ? ". Dan Rasulullah S.A.W. berbuka puasa sampai kami heran mengatakan engkau tidak berpuasa.

Berkata Auf bin Malik, ketika aku bersama Rasulullah S.A.W. ( beliau hendak shalat sunnah ), beliau bersiwak lalu berwudhu kemudian shalat, maka aku shalat bersamanya, lalu Rasulullah S.A.W. memulai bacaan surat dalam shalatnya dengan membaca surat Al-Baqarah, setiap mendapatkan ayat tentang rahmat, beliau berhenti dan bermohon. Apabila mendapatkan ayat tentang adzab atau siksa beliau berhenti dan meminta perlindungan. Kemudian beliau Ruku' sebagaimana waktu ketika berdirinya dengan membaca Subhaana dzil Jabaruuti Wal Malakuuti Wal Kibriyaa-i Wal 'Azhomati. Dan pada waktu sujudpun membaca bacaan tersebut. Kemudian beliau membaca surat Al-Imron, kemudian membaca surat setelah dan setelahnya.

Riwayat dari Hudzaifah pun demikian, ia mengatakan, Rasulullah sujud sebagaimana berdirinya, duduk diantara dua sujud sebagaimana berdirinya, dan berdiri membaca Al-Baqarah, Al-Imron, Annisa dan Al-Maidah.

Diriwayatkan dari Aisyah R.A., bahwasanya Rasulullah S.A.W. mengerjakan shalat malam penuh dengan membaca ayat-ayat Al-Qur'an.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Assyahir, aku datang ketempat Rasulullah S.A.W. dan ketika itu beliau sedang shalat dan dari perutnya terdengar suara/bunyi orang sedang kelaparan.

Rasulullah bersabda : " Sesungguhnya aku memohon ampun ( ber-istighfar ) kepada Allah dalam satu hari seratus kali ", dalam riwayat lain tujuh puluh kali.

Dari Riwayat Al-Imam Ali R.A., ia berkata : " Aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W. tentang system kehidupannya ( sunnahnya ), lalu beliau menjawab ma'rifat itu modal hidupku, berakal itu azas agamaku, kecintaan itu azas kehidupanku, kerinduan itu kendaraanku, berdzikir kepada Allah penghilang kegundahanku ( penenangku ), Assiqoh itu simpanan hartaku, kesedihan itu temanku, ilmu itu senjataku, sabar itu jubahku, kerinduan itu hasil kekayaanku, lemah itu kebanggaanku, zuhud itu pendapatku, yakin itu kekuatanku, kebenaran itu syafaatku, ketaatan itu martabatku, jihad ( kesungguhan ) itu akhlakku dan buah mata hatiku ada pada shalat ".

Sifat Zuhud Rasulullah S.A.W. Di Dunia

Sesungguhnya Zuhud Rasulullah S.A.W di dunia adalah sesuatu yang dijalaninya dari segala kecukupan dan Rasulullah  menyedikitkan urusan dunia dan seisinya.

Diriwayatkan oleh Aisyah R.A., bahwasanya  Rasulullah S.A.W. tidak makan dengan kenyang selama tiga hari berturut-turut dari sepotong roti sampai beliau meninggal.

Dalam riwayat lain, Rasulullah S.A.W. makan dua hari berturut-turut hanya sepotong roti, padahal kalau beliau menginginkan pasti Allah akan memberikannya apa yang tidak tersirat dalam akal.

Dalam riwayat lain, bahwasanya keluarga Rasulullah S.A.W. tidak merasakan kenyang tiga hari dari sepotong rotipun sampai meninggal dunia.

Aisyah R.A. berkata : " Rasulullah tidak mewariskan satu dinarpun, satu dirham, seekor kambing, ataupun seekor onta ".

Dalam hadits Amr bin Harits, bahwasanya Rasulullah S.A.W. tidak mewariskan sesuatupun  kecuali sebuah pedang, seekor onta dan sebidang tanah yang dijadikan untuk shadaqah.

Berkata Aisyah R.A., bahwasanya ketika Rasulullah S.A.W. meninggal dunia, tidak ada sesuatu didalam rumahnya yang dimakannya kecuali sejumput gandum yang ditinggalkan untukku.

Diriwayatkan dari Aisyah, Rasulullah S.A.W. berkata kepadaku : " Sesungguhnya Allah menawarkan kepadaku dataran Mekkah untuk dijadikan emas dan diberikan kepadaku, maka aku menolaknya, lalu aku berkata : Aku tidak mengharapkan itu semuanya Ya Allah, akan tetapi aku lebih senang sehari lapar dan sehari kenyang.  Tatkala hari yang aku merasakan lapar, aku merendah diri dan berdo'a kepada-Mu, sementara tatkala hari yang aku merasakan kenyang, aku bersyukur dan memuji-Mu ".

Dalam Hadits lain, Jibril pernah mendatangi Rasulullah S.A.W., dan berkata : " Sesungguhnya Allah memberi salam kepadamu dan berkata, apakah engkau mau, Aku jadikan gunung ini menjadi emas dan gunung ini selalu bersamamu kemana engkau pergi ? ". maka Rasulullah S.A.W. diam menundukkan kepalanya sejenak, lalu berkata : " Wahai Jibril sesungguhnya dunia ini adalah rumah bagi siapa yang tidak punya rumah dan harta bagi siapa yang tidak punya harta, dan tempat berkumpul  yang tidak mempunyai akal ". Kemudian Jibril berkata : " Ya Muhammad, Allah telah menguatkan engkau dengan perkataan yang benar ".

Diriwayatkan dari Aisyah R.A.dan berkata : " Sesungguhnya kami keluarga Muhammad pernah hidup sebulan tidak ada sesuatupun yang dapat dimasak kecuali yang terdapat hanya korma dan air saja ".

Dari Abdurahman bin 'Auf mengatakan, : ketika Rasulullah S.A.W.wafat, beliau dan keluarganya  tidak merasakan makan dengan kenyang dari sepotong roti.

Diriwayatkan dari Aisyah R.A., Abu Umamah dan Ibn Abbas, berkata Ibn Abbas :  " Rasulullah S.A.W. bersama  keluarganya bermalam berturut-turut tidak mendapatkan makan malam ".

Diriwayatkan oleh Hafsah R.A., ia berkata, bahwasanya kasur Rasulullah S.A.W. dirumahnya terbuat dari tikar dilapisi dua kain, pada suatu malam aku lapisi dengan empat kain, maka ketiga pagi hari, Rasulullah S.A.W., berkata : " Apa yang kamu lakukan pada kasurku semalam ", maka aku ceritakan. Lalu Rasulullah S.A.W. berkata : " kembalikanlah seperti semula karena sesungguhnya hal tersebut telah memperlambat shalat malamku ". Terkadang Rasulullah S.A.W. tidur diatas tikar tanpa alas sehinggga berbekas dikulitnya.

Diriwayatkan dari Aisyah R.A., bahwasanya Rasulullah S.A.W.  sama sekali tidak pernah merasakan perutnya kenyang dan tidak pernah mengadu atau mengeluh kepada seseorangpun. Walaupun berada dalam keadaan lapar sepanjang malamnya, namun tidak menghalangi puasa diwaktu siangnya. Padahal seandainya Rasulullah S.A.W. mau menghendaki, tentu beliau meminta kepada Allah semua yang terkandung di atas bumi ini. Dan aku pernah menangis kasihan melihat apa yang ada pada diri Rasulullah S.A.W. dan aku memegang/mengusap perutnya yang sedang merasakan lapar dan aku berkata : " Seandainya engkau mau, pasti engkau mampu mendapatkan dari dunia ini yang membuat engkau selalu kenyang ". Maka Rasulullah berkata : " Wahai Aisyah apa artinya dunia ini, saudara-saudaraku para Rasul Ulul Azam/para Rasul terdahulu mereka sabar mengalami keadaan yang lebih berat dariku, mereka datang berjalan dengan tenang apa adanya dan meninggal mendapat kemuliaan disisi Allah dan pahala yang banyak, sungguh aku malu jika aku bersenang-senang dalam kehidupanku, akan dikurangkan tempatku disisi Allah tidak bersama mereka. Tidak ada  yang lebih aku sukai kecuali berkumpul dengan saudara-saudaraku para Rasul ". Demikian kata-kata Rasulullah S.A.W. kepadaku, dan sebulan setelah itu Rasulullah S.A.W wafat.

BERSIFAT REMAJA BERAKHLAK REMAJA CEMERLANG

Seringkali kedengaran ibubapa merungut kerana anak-anak mereka sukar dibentuk, tidak mendengar kata, degil dan keras kepala. Semua ibubapa ingin melihat anak-anak mereka menjadi orang berguna dan sempurna hidupnya sebagai seorang manusia. Tetapi kadang-kadang apa yang diharapkan itu berlaku sebaliknya
Usia remaja bermula daripada baligh sehinggalah berusia dalam lingkungan akhir 20-an, yang disebut sebagai ‘Fata’ (Pemuda) Firman Allah S.W.T.
Maksudnya:
"Kami ceritakan mereka kepada mu (Muhammad ) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk. Dan kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata ‘Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi. Kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia. Sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran."
Al-Kahfi 13-14

Berakhlak
Mereka yang mempunyai sifat yang luhur yang lahir dari keimanan yang jelas terhadap Allah S.W.T. Sabda Rasulullah SAW.
Maksudnya:
"Tiada suatu pemberian yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya lebih utama daripada budi pekerti yang baik."
Riwayat al-Tarmizi dan Ibnu Majah
Cemerlang
Melambangkan keunggulan, kehebatan dan berketerampilan. Contohnya, remaja cemerlang ialah mereka yang kuat berpegang kepada ajaran Allah, mempunyai daya berfikir yang mantap dan bijaksana dalam bertindak.
Berakhlak
Nilai-nilai akhlak
1. Akhlak perseorangan atau diri sendiri
• Kesucian hati
• Menjaga diri
• Menguasai nafsu
• Menjaga dan mengawal nafsu makan dan jantina
• Menahan rasa marah
• Bersifat sabar
• Lemah-lembut dan rendah diri
• Berhati-hati membuat keputusan
• Menjauhi buruk sangka
• Tetap dan sabar
• Menjadi teladan yang baik
• Bersederhana
• Beramal saleh
• Berlumba-lumba dalam kebaijakan dan kebaikan
• Pintar mendengar dan mangikut
• Ikhlas
• Dan lain-lain

3. Akhlak Dengan Keluarga
• Berbuat baik dan menghormati ibubapa
• Menghormati ahli keluarga yang lebih tua
• Bersifat ehsan dan berlaku baik kepada ahli keluarga yang lebih muda
• Bersikap sedia membantu
• Bertanggungjawab terhadap keluarga
• Tidak menderhaka kepada ibubapa
4. Akhlak Dalam Masyarakat
• Bekerjasama dengan anggota masyarakat
• Bertanggungjawab dalam hal menyuruh kepada yang baik dan mencegah kemungkaran
• Sama-sama bertanggungjwab melindungi orang-orang yang lemah
• Tidak menceroboh hak-hak orang ramai
5. Akhlak Dengan Pencipta (Allah)
• Zikrullah (Mengingati Allah)
• Ikhlas dalam beribadah
• Mematuhi titah perintah Allah
• Meneliti akan tanda-tanda kebesaran Allah
6. Remaja Cemerlang
• Ciri-ciri sebagai Remaja Cemerlang:-
• Mempunyai keyakinan diri
• Menghadapi cabaran dengan bijaksana
• Dapat menangani persoalan keluarga
• Mempunyai sifat sabar, tabah dan cekal
• Dapat menangani persoalan sosial samada di sekolah, kampus dan persekitaran
• Berkomunikasi secara baik dengan setiap pihak
• Mempunyai prestasi yang baik dalam bidang ilmu.

Mudah-mudahan anda dari kalangan Remaja Cemerlang dalam kehidupan beragama, anak yang dapat berbakti kepada keluarga, masyarakat dan bakal penerus kepada perjuangan Islam dokongi oleh ibu bapa.

Hubungan Maksiat Dengan Bencana

Wahai saudaraku, sadarlah, perbaikilah amalmu dengan sekuat tenaga. Amatilah setiap zaman dengan cermat. Sebab, ada zaman yang keburukannya banyak dan kebahagiaannya sedikit, kesedihannya tersebar rata, kesusahannya banyak dan keberkahannya sedikit. Oleh karena itu seorang yang berakal hendaknya sadar dan berhati-hati, berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan segenap kemampuannya agar terhindar dari bencana.
Sesungguhnya yang menjerumuskan manusia ke dalam berbagai bencana ini tiada lain adalah kelalaian, pengabaian, berpalingnya mereka dari Allah Yang Maha Tinggi, dan keinginan kuat untuk dekat kepada Allah tanpa diiringi amal yang memadai. Karena itulah Allah Ta’âlâ murka dan tidak memberikan berkah pada bumi. Sehingga alam porak poranda dan keadaan makhluk pun terpuruk.
Demikianlah zaman yang penuh kelalaian, di dalamnya para pelaku maksiat bermaksiat secara terang- terangan, zaman yang serba sulit, zaman yang
pengaruhnya sangat mengkhawatirkan. Keadaan ini menunjukkan bahwa Allah Ta’âlâ telah berpaling dari makhluk-Nya. Sebab, jika Allah meridhoi hamba-Nya, maka Ia akan memandang mereka dengan penuh kasih, alam pun bercahaya, jiwa senang, hati hidup, kebahagiaan tampak, keadaan manusia menjadi baik, berkah melimpah ruah dan kebaikan semakin meningkat.
Dikatakan dalam sebuah syair:
Kau lihat kampung ini ceria saat Nu’ma ada,
Dan menjadi suram ketika ia tiada
Atau:
Demi hidupku,
jika hati ini bahagia saat berdekatan denganmu,
ia pasti menderita ketika jauh darimu
kau pergi atau tinggal,
cintaku padamu tetap membara,
tempatmu di hatiku selalu terjaga
betapa sepi dunia tanpa dirimu
dan alangkah indahnya dunia bila bersamamu
Atau:
Kehadiranmu membuatku senang dan bahagia
tanpamu dunia ini bagiku adalah penjara
kujalani hidup ini
dan kehidupan pun terasa nikmat bersamamu
berderai air mataku karenamu
dan kampung ini terasa nyaman berkatmu
Jika tidak berlomba ‘tuk memperoleh cintamu
dan tidak cemburu kepadamu,
lalu dengan siapa lagi aku mesti berlomba?
Kau telah membuatku mencintai Najd dan Hajir,
Padahal keduanya bukan negeriku
Kau dahulu pernah tinggal di situ
Maka keduanya menjadi tempat nyaman bagiku
Para ulama berkata, “Jika Allah Ta’âlâ berpaling dari makhluk, Ia jadikan alam ini gelap gulita, maka lenyaplah kesenangannya, padamlah cahayanya, hancurlah hati manusia, menjadi buruk keadaan mereka, tersebar merata kesedihan, menjadi sedikit kebaikan, lenyaplah amanah, hilanglah rasa cinta, membumbung tinggi harga-harga, orang jahat berkuasa, berkuranglah keuntungan para pedagang, orang berakal menjadi bingung menyaksikan peristiwa- peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan bumi rusak dan tak ramah kepada penghuninya.
Dalam syair dikatakan:
Jika aku berkunjung ke suatu kota
dan tak kulihat engkau di sana
kota berubah muram wajahnya
dan semua menjadi gelap gulita
Bencana ini terjadi karena dosa-dosa manusia; karena mereka melanggar larangan-Nya dan mengabaikan perintah-Nya. Sebab Allah dapat menyegerakan
atau menunda siksa. Siksa yang disegerakan adalah seperti yang telah kusebutkan: kerusakan alam dan lain-lain. Adapun siksa yang ditunda adalah siksa yang dijanjikan di akhirat.
Oleh karena itu, orang yang cerdas seharusnya bangkit dari tidurnya dan mencurahkan semua tenaga untuk beribadah kepada Tuhannya. Sehingga, ketika manusia ditimpa siksa dan bencana, maka Allah dengan rahmat-Nya akan menyelamatkan mereka yang sungguh-sungguh berkhidmat kepada-Nya.
Sebab, bencana yang diturunkan akan menimpa semua manusia: yang taat apalagi yang durhaka. Hanya saja bencana yang menimpa orang yang baik, sedikit dan sangat ringan. Meskipun bencana dan musibah duniawi menyakitkan dan membahayakan, namun demi mencari pahala, maka kaum sholihin bersabar atas pahitnya qodho dan pedihnya bala`, mereka berkata:
baik atau pun buruk perlakuannya
aku pasti ridho kepadanya
dan hatiku pun rela dengan ketentuannya
meski tak pernah kuhirup aroma keridhoanmu
meski tak kunjung henti hari-hari amarahmu
Lain halnya dengan orang yang lalai dan suka bermaksiat, mereka akan mendapat bencana dan malapetaka yang dahsyat. Demikian buruknya perbuatan mereka, sehingga bencana itu juga menimpa orang-orang yang baik di antara mereka. Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang mulia, “Dan peliharalah dirimu daripada siksa yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim di antaramu saja.” (QS Al-Anfal, 8:25)
Juga disebutkan bahwa Allah SWT berfirman dalam salah satu kitab yang Ia turunkan, “Karena dosa seorang munafik, sebuah kota terbakar. Lantaran dosa
seorang munafik, dunia terbakar.”
Perbuatan yang paling sering menyebabkan manusia tertimpa berbagai bencana adalah amalan yang muncul dari hati yang penuh kedengkian dan riya,
terutama jika amalan itu dikerjakan oleh seorang ahli zuhud atau ahli ilmu.
Sebab, Allah SWT telah berfirman kepada bani Israil, “Kalian menuntut ilmu untuk selain Allah. Kalian belajar bukan untuk diamalkan. Kalian bersihkan minuman kalian dari kotoran, tapi makanan haram sebesar gunung kalian telan. Kalian memakai pakaian dari bulu domba, tapi menyembunyikan nafsu serigala. Karena itu demi Keagungan-Ku, Aku bersumpah akan menimpakan kepada kalian fitnah yang dapat menyesatkan pemikiran para ahli pikir dan hikmah.”
Untungnya, setiap terjadi bencana Allah Ta’âlâ selalu menyayangi dan melindungi hamba-hamba-Nya:
Demikianlah menjadi kewajiban Kami untuk
menyelamatkan orang-orang yang beriman.
(QS Yunus, 10:103)
Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman. (QS Al-Haj, 22:38)
Diriwayatkan bahwa seorang utusan Allah Azza wa Jalla menemui seorang lelaki saleh Bani Israil yang ditimpa berbagai bencana, “Jangan takut, sesungguhnya Allah bersamamu, Allah berfirman untukmu, ‘Sesungguhnya seorang kekasih tidak akan menelantarkan kecintaannya. Orang yang bertawakal
kepada-Ku tidak akan hina. Dan orang yang meminta kekuatan dari-Ku, tidak akan lemah.”
(Memahami Hawa Nafsu, Îdhôhu Asrôri ‘Ulûmil Muqorrobîn, Putera Riyadi)

MUJAHADAH,( kitab ma 'rifat mempertajam mata bathin IMAN AL GHOZALI )

Riyadhah  ( latihan ) berikutnya ialah bermujahada, artinya berusaha keras dan bersungguh-sungguh dalam perjuangan. Meskipun seseorang telah melewati jalan taubat, tetapi jika tidak bermujahadah, maka tak mungkin mampu mempertajam mata batinnya, maka , mujahadah merupakan syarat yang tidak boleh diabaikan.

Mujahadah sebagai amalan, baik lahir maupun batin, Tujuan nya untuk mencapai karunia Allah. Karunia itu bisa berupa Mahabbatullah, ilmu mukasyafah, musyahadah, dan yang terakhir dalam mencapai maqam ma ' rifatullah, jika seseorang telah mencapai maqam ini, maka daya batinnya dapat diberdayakan secara maksimal.
kata Mujahadah diambil dari ayat-ayat Al Qur'an. misalnya:
Mereka yang bersungguh-sungguh di jalan kami , akan kami tunjukkan kepada mereka  jalan kami.
( QS, Al Ankabut 69 ) 
di dalam ayat lain juga di terangkan :
Bersungguh -sungguh di jalan Allah dengan kesungguhan yang sebenarnya ( QS, Al Hajj 78 )

Bersungguh-sungguh dalam perjuangan dalam memelihara diri dari berbuat dosa kembali, Bersungguh -sungguh dalam perjuangan untuk berpindah dari kebiasaan buruk kepada kepada kebiasaan mulia dan menguntungkan, Bersungguh - sungguh melawan hawa nafsu, karena hawa nafsu cenderung mengajak kepada keburukan dan dosa.

Seseorang yang inggin memiliki ketajaman mata batin harus bertekad bulat untuk berjuang ( berjihad ) melawan hawa nafsu dan melakukan perubahan -perubahan ke arah yang lebih baik 
Abu Said Al Khudri berkata, ''Rasulullah saw, pernah ditanya tentang seutama-utama jihad,'' Rasulullah menjawab, ''kalimat adil yang disampaikan pada penguasa dzalim,''maka Abu Said Al Khudri meneteskan air matanya
 
Hendaknya dalam setiap sikap dan perilaku haruslah benar-benar dihiasi akhalk yang mulia,menguntungkan bagi diri sendiri dan orang lain, Perlahan - lahan di dalam jiwa akan terbentuk suatu kearifan, Sehingga muncullah sinar musyahadah ( penyaksian) Ustadz Abu  Ali ad- Daqaq berkata,'' Barang siapa menghiasi dzahirnya dengan mujahadah, maka Allah memperbaiki mata batinnya dengan musyahadah. Ketahuilah bahwa seseorang yang dalam awal perjalanan hidupnya tidak pernah mengalami mujahadah tentu tidak akan mendapati  cahaya penerang mata batinnya,''
Nabi Muhammad saw, mendapat wahyu dan di angkat menjadi nabi Allah tidak serta merta begitu saja, melainkan beliau telah melalui mujahadah ( perjuangan ) berupaya secara terus - menerus menjaga diri dari perbuatan buruk, terus - menerus pula berusaha menghiasi akhlaknya dengan kebaikan, Kearifan dan kecerdasannya dalam bertindak maupun berpikir secara benar.
mengantarkannya pada maqam tertinggi di antara para manusia. maka jangan dikira bahwa mujahadah itu datang dengan begitu saja. jangan dikira ketajaman mata batin itu dapat diraih seseorang dengan serta merta, mustahil seseorang bisa memiliki ketajaman mata batin dan indra keenam jika ia tidak bersungguh-sungguh dalam menempuh latihan -latihan.

Barang siapa pada awalnya tidak pernah berdiri, maka pada akhirnya dia tidak akan bisa duduk, Demikian kata Abu Ali ad Daqaq, katanya lagi,'' Gerak dhazir menyebabkan berkah rahasia,''Artinya jika akhlak senantiasa baik dan perbuatan selalu jauh dari maksiat, maka seseorang akan mendapatkan berkah yang bersifat rahasia, Berkah rahasia adalah kemurahan Allah berupa apa saja, yang membuat seseorang menjadi takjub.

Ulama-ulama salaf seringkali berpesan agar seseorang bersungguh-sungguh dalam menempuh hidup dan menjalani kebenaran. Kata as- Sirri, '' Bersungguh -sungguh kalian sebelum sampai pada batas akhir kemampuan yang membuat kalian lemah dan kurang sebagaimana kelemahan dan kekurangan ( fisik) kalian.''

Sebagai ulama sufi, misalnya al-Qazaz memberi teori tentang bermujahadah ( bersungguh-sungguh ) dalam menempuh jalan menujuh kebenaran, Ia menyederhanakan menjadi tiga hal, yaitu bersungguh -sungguh menahan lapar, bersungguh-sungguh menjaga tidur, dan bersungguh - sungguh menjaga lisan,''mujahadah dibangun di atas 3 hal: Hendaknya engkau tidak makan kecuali benar-benar butuh ( lapar ), tidak akan tidur kecuali sangat ngantuk, dan tidak bicara kecuali sungguh-sungguh terdesak ( mengharuskan )

Bersugguh -sungguh menahan lapar dimaksudkan agar tidak terlalu memanjakan perut. Hal ini merupakan tradisi orang sufi untuk membatasi bahwa nafsunya terhadap makan. Sebab menurut mereka, seseorang yang memanjakan perutnya akan tertutup hatinya dijalan kebenaran, Menjadi tumpul mata batinnya pikirannya tidak menjadi cemerlang. Begitu pula menahan tidur dimaksudkan agar seseorang dapat memaksimalkan bagi dirinya. Kegiatan positif itu, jika sianghari tekun bermuamalah dan menjadi rejeki, jika malam hari rajin mengerjakan ibadah.

Selain itu seseorang hendaknya menjaga lisan, jangan berbicarah jika tidak terpaksa, maksudnya, janganlah mengumbar kata- kata, karena lidah itu paling mudah berbuat dosa, dari lidah seseorang dengan mudah terpeleset, misalnya menghasut,memarahi,mentertawakan orang lain, di mana obyek yang terkena pembicaraan itu menjadi sakit hati, Itulah sebabnya, mengapa seseorang harus menjaga lidahnya.

Ibrahim bin Adham berkata.''Seseorang tidak akan mendapatkan atau mampu memiliki ketajaman mata batin, jika tidak mampuh mengatasi enam rintangan, pertama , menutup pintu nikmat dan membuka pintu kesulitan, kedua, menutup pintu kemuliaan dan membuka pintu kehinaan , ketiga menutup pintu istirahat dan membuka pintu perjuangan, keempat, menutup pintu tidur , membuka pintu keterjagaan , kelima, menutup pintu kaya dan membuka pintu kefakiran , keenam , menutup pintu angan - angan dan membuka pintu persiapan kematian,''

Menutup pintu nikmat maksudnya, bahwa seseorang yang ingin mempertajam mata batinnya, janganlah memburu kesenangan duniawi belaka, jangan pula memanjakan diri dengan kenikmatan -kenikmatan, karena kenikmatan itu menumpulkan akal dan pikiran, justru dengan adanya kesulitan, akal dan pikiran menjadi terpacu, Seseorang akan semakin cerdas dalam berpikir, di dalam kesulitan, Seseorang dapat berma''rifat ( arif ) dalam menemukan takdir dan kekuasaan Allah terhadap nasibnya.

Seseorang yang ingin mendapatkan ketajaman mata hati, harus pula mengesampingkan kemuliaan dan membuka kehinaan , menurut pandangan kaum sufi, kemuliaan -kedudukan di strata sosial- cenderung membuat seseorang menjadi arogan, karena merasa memiliki jabatan tinggi, maka hawa nafsu ingin mendapat pujian dan sanjungan , padahal keinginan yang demikian itu menjadi membutakan mata hati dan merupakan penyakit jiwa.

Mengoreksi diri sangat perlu, Seseorang tidak akan pernah menyadari kejahatannya ( dosa-dosanya ) jika ia selalu menganggap dirinya baik, Seseorang terus-menerus merasa sempurna dari keburukan manakala ia tidak pernah melihat ,'' rahasia ( aib ) sendiri , jika orang semacam ini tahu tentang aibnya, pasti ia lebih akan kebingungan , Kata Abu Hafsh, ''tidak ada kerusakan yang lebih cepat melebihi kerusakan orang yang tidak tahu aib dirinya padahal maksiat merupakan pengantar seseorang menujuh kepada kekufuran,''

Seseorang yang tidak tahu terhadap aibnya, cenderung tidak suka menerima kebenaran . Ia enggan dikritik dan diperingatkan , karena menganggap dirinya selalu baik dan benar, maka kebenaran yang datang dari orang lain dianggap tidak berguna baginya
padahal belum tentu dirinya itu benar seratus persen , oleh karena itu kita  harus menerima segala usulan dan kritik orang lain, Apalagi usulan tersebut benar dan baik untuk diri kita.

Jenis Azab Neraka : Wanita

Saudara dan saudari kaum muslimin dan muslimat Renungan khususnya untuk para wanita…..

Sayidina Ali ra menceritakan suatu ketika melihat Rasulullah menangis manakala ia datang bersama Fatimah. Lalu keduanya bertanya mengapa Rasul menangis.
Beliau menjawab,
“Pada malam aku diisra’kan, aku melihat perempuan-perempuan yang sedang disiksa dengan berbagai siksaan. Itulah sebabnya mengapa aku menangis. Karena, menyaksikan mereka yang sangat berat dan mengerikan siksanya.
Putri Rasulullah kemudian menanyakan apa yang dilihat ayahandanya.
“Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otaknya mendidih. Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair dituangkan ke dalam tengkoraknya.



Aku lihat perempuan tergantung kedua kakinya dengan terikat tangannya sampai ke ubun-ubunnya, diulurkan ular dan kalajengking.
Dan aku lihat perempuan yang memakan badannya sendiri, di bawahnya dinyalakan api neraka. Serta aku lihat perempuan yang bermuka hitam, memakan tali perutnya sendiri.
Aku lihat perempuan yang telinganya pekak dan matanya buta, dimasukkan ke dalam peti yang dibuat dari api neraka, otaknya keluar dari lubang hidung, badannya berbau busuk karena penyakit sopak dan kusta.
Aku lihat perempuan yang badannya seperti himar, beribu-ribu kesengsaraan dihadapinya. Aku lihat perempuan yang rupanya seperti anjing, sedangkan api masuk melalui mulut dan keluar dari duburnya sementara malaikat memukulnya dengan pentung dari api neraka,” kata Nabi.
Fatimah Az-Zahra kemudian menanyakan mengapa mereka disiksa seperti itu?
*Rasulullah menjawab,
“Wahai putriku, adapun mereka yang tergantung rambutnya hingga otaknya mendidih adalah wanita yang tidak menutup rambutnya sehingga terlihat oleh laki-laki yang bukan muhrimnya.
*Perempuan yang digantung susunya adalah isteri yang ‘mengotori’ tempat tidurnya.
*Perempuan yang tergantung kedua kakinya ialah perempuan yang tidak taat kepada suaminya, ia keluar rumah tanpa izin suaminya, dan perempuan yang tidak mau mandi suci dari haid dan nifas.
*Perempuan yang memakan badannya sendiri ialah karena ia berhias untuk lelaki yang bukan muhrimnya dan suka mengumpat orang lain.
*Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena ia memperkenalkan dirinya kepada orang yang kepada orang lain bersolek dan berhias supaya kecantikannya dilihat laki-laki yang bukan muhrimnya.
*Perempuan yang diikat kedua kaki dan tangannya ke atas ubun-ubunnya diulurkan ular dan kalajengking padanya karena ia bisa solat tapi tidak mengamalkannya dan tidak mau mandi junub.
*Perempuan yang kepalanya seperti **** dan badannya seperti himar ialah tukang umpat dan pendusta. Perempuan yang menyerupai anjing ialah perempuan yang suka memfitnah dan membenci suami.”
Mendengar itu, Sayidina Ali dan Fatimah Az-Zahra pun turut menangis.

KESALAHAN-KESALAHAN YANG BANYAK DILAKUKAN KAUM WANITA


Dalam beberapa hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah memberikan peringatan khususnya kepada kaum wanita bahwa sebagian besar penghuni neraka adalah wanita.
A. Muqaddimah
Dalam beberapa hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah memberikan peringatan khususnya kepada kaum wanita bahwa sebagian besar penghuni neraka adalah wanita. Salah satunya adalah hadits dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahwasanya beliau bersabda: “Wahai kaum perempuan, bersedekahlah kalian, perbanyaklah memohon ampunan, sesungguhnya aku melihat sebagian besar kalian penghuni neraka.” Seorang perempuan di antara mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa sebagian besar kami penghuni neraka?” Beliau menjawab: “Sebab kalian banyak melaknat dan kufur terhadap suami. Aku tidak melihat orang yang lemah akal dan agamanya di antara kalian lebih banyak daripada yang memiliki hati nurani.” Dia bertanya lagi: “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan lemah akal dan agamanya itu?” Beliau menjawab: “Yang dimaksud dengan lemah akal adalah kesaksian dua orang perempuan sama dengan kesaksian seorang laki-laki. Dan tidur pada malam hari tanpa melaksanakan solat, tidak puasa pada bulan Ramadhan, inilah yang dimaksud dengan lemah agamanya.” (Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Muslim dalam “Kitabul-iman)
Imam Al Qurthubi berpendapat penyebab sedikitnya perempuan yang menghuni surga ada beberapa hal yaitu:

- Mereka terpedaya oleh hawa nafsu dan terlalu mencintai perhiasan dunia.
- Sulit tersentuh dengan akhirat karena lemah akal, sehingga suka lalai
- Wanita merupakan faktor pertama dan utama penyebab laki-laki berpaling dari urusan akhirat, karena pesona dan daya tarik mereka yang mampu membangkitkan nafsu laki-laki.
- Sebagian besar mereka berpaling dari akhirat, cepat terpedaya dan sulit menanggapi orang yang menyeru mereka kepada akhirat.
Ibnu Arabi Al Maliki berpendapat bahwa yang menyebabkan perempuan menjadi penghuni neraka yang paling besar adalah:
- Akal mereka yang lemah
- Hawa nafsu yang besar
- Banyak bergossip dan mengumpat
- Lemah dalam menjaga batasan-batasan syariat

B. Kesalahan-kesalahan yang banyak dilakukan kaum wanita
Jika kita melihat sekeliling kita, maka akan terlihat beberapa kesalahan yang banyak dilakukan oleh kaum wanita khususnya yang muslimah, antara lain:
1. Mempamerkan diri (Tabarruj yang dilarang)
Yang dimaksud dengan mempamerkan diri (tabarruj) yang dilarang di sini adalah menampakkan sesuatu yang sepatutnya ditutupi. Menurut Miqati bin Hayyam, termasuk kategori mempamerkan diri atau tabarruj adalah melepas petutup kepala atau kerudung dari kepalanya sehingga terlihat kalung, anting-anting dan lehernya.
Padahal Allah ‘Azza wa Jalla telah memerintahkan kepada perempuan agar menahan pandangan mereka dan tidak menampakkan perhiasan yang mereka pakai, kecuali di hadapan mahram-mahram mereka.
“Katakanlah kepada perempuan yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak darinya. Dan hendaklah mereka menutup kain tudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, melainkan kepada suami,.. ... (QS Annur : 31)
Menurut ayat ini, seorang muslimah tidak boleh menampakkan perhiasannya kecuali perhiasan yang memang tidak mungkin untuk disembunyikan, seperti selendang, tutup kepala atau pakaian luar dari seorang wanita. Akan tetapi selain dari itu, maka ia wajib untuk ditutupi. Ayat ini juga membolehkan wanita untuk menampakkan perhiasannya kepada mahram mereka. Ini berarti bahwa apa yang dilakukan oleh sebagian besar kaum wanita saat ini yang menampakkan perhiasannya kepada yang bukan mahramnya adalah merupakan pelanggaran syariat yang sangat besar yang bisa menyebabkan mereka masuk ke dalam neraka.
Bentuk-bentuk mempamerkan diri yang menghancurkan:
- Berpakaian tapi telanjang dan kepala-kepalanya seperti bonggol unta. Hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam : Dua jenis penghuni neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya yaitu: sebuah kaum memegang cambuk seperti ekor sapi, mereka memukuli manusia dengan cambuk-cambuk tersebut, dan perempuan yang mengenakan pakaian tetapi seperti telanjang, bersolek diri untuk memperdaya laki-laki, kepala-kepala mereka seperti bonggol unta yang sudah miring. Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mencium baunya, sebab sesungguhnya bau surga itu akan tercium dari jarak perjalanan ini dan itu.
- Istri yang mempamerkan diri ketika ditinggal pergi oleh suaminya. Hadits dari Fudhalah bin Ubaid Radhiyallahu ‘Anhu: Tiga golongan tidak akan diminta pertanggungjawaban. Seorang laki-laki memisahkan diri dari kelompoknya dan mengkhianati pemimpinnya lalu meninggal dalam keadaa berkhianat, hamba sahaya yang melarikan diri dari tuannya lalu meninggal, dan perempuan yang ditinggalkan oleh suaminya dengan dibekali hartra, kemudian ia pergunakan untuk berdandan dan memamerkan diri. Mereka tidak akan diminta pertanggungjawaban”.
- Menyambung rambut atau minta disambungkan (memakai rambut palsu). Dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, bahwa seorang hamba sahaya dari Anshar menikah dalam keadaan sakit sehingga rambutnya menjadi rontok, maka orang-orang ingin menyambung rambutnya yang rontok itu, lalu mereka menanyakannya kepada Rasulullah. Maka beliau melaknat perempuan yang menyambung rambut atau yang mninta disambungkan (Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Muslim)
- Mentato atau minta ditato. Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melaknat perempuan yang menyambung rambut dan perempuan yang minta disambungkan rambutnya, serta perempuan yang mentato dan minta ditatokan” (Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Muslim dalam “Kitabul-Lisasi Wazzinati.)
- Merubah ciptaan Allah yang ada pada dirinya.
“Allah melaknat perempuan yang mentato atau minta ditatokan, perempuan yang mencukur bulu di wajah, perempuan yang menambal(menempel) gigi untuk keindahan dan merubah ciptaan Allah….”

2. Tidak menutup aurat (tidak memakai hijab syar’i)
Kesalahan ini termasuk kesalahan yang besar karena selain ia merupakan pelanggaran terhadap syariat Allah dan Rasul-Nya, ia akan menjadi penyebab datangnya mudarat baik bagi wanita itu sendiri maupun bagi orang lain. Seorang wanita yang tidak menutup auratnya ketika keluar dari rumahnya atau ketika berhadapan dengan seorang yang bukan mahramnya, maka akan terangkat atau hilang harkat dan martabatnya. Mengapa demikian? Aurat adalah sesuatu yang aib (malu) untuk diperlihatkan sehingga jika seorang aurat seorang wanita nampak, maka akan nampak pula aibnya, dan ia akan merasa malu kerananya.
Sangat disayangkan, jika kaum wanita saat ini, khususnya muslimah sudah tidak lagi merasa malu untuk membuka auratnya dan menganggap itu sebagai suatu perkara yang lumrah. Akibatnya, mudah ditebak. Berbagai perkara pelecehan terhadap kaum wanita, pornografi, pemerkosaan, perilaku-perilaku yang tidak senonoh, biasanya berasal dari terlihatnya atau tersingkapnya aurat si wanita. Jika saja wanita tersebut menutup auratnya dengan baik, maka apa yang boleh mereka lihat? Jika sudah tidak ada lagi yang boleh mereka lihat, maka bagaimana lagi mereka boleh melakukan tindak pelecehan

3. Tidak berdiam di rumah (lebih senang berkeliaran di luar rumah)
Allah ‘Azza wa jalla berfirman dalam Al Qur’an Surah Al Ahdzab : 33:
وَقَرْنَ فِىبُيُوتِكُنَّ…

“Dan hendaklah kamu tetap di rumah-rumahmu…
Berdasarkan ayat ini, maka sebaik-baik tempat bagi seorang wanita adalah di rumahnya. Ia ibarat markaz bagi seorang wanita, tempat ia melaksanakan semua aktiviti kehidupannya. Rumah adalah medan jihad bagi kaum wanita sama dengan peperangan menjadi medan jihad bagi kaum laki-laki. Akan tetapi meski demikian, wanita masih diperbolehkan untuk keluar dari rumah mereka bila ada keperluan yang dibenarkan menurut syariat, misalnya untuk menuntut ilmu. Itupun dengan syarat:
- Wajib menutup auratnya (mengenakan hijab syar’i)
- Seizin suami atau walinya
- Disertai mahram (jika safar atau keluar rumah malam hari untuk keperluan darurat)
Seorang wanita mukminah sepatutnya menanamkan rasa malu pada dirinya, apabila ia keluar rumah terlalu lama apalagi untuk hal-hal yang semestinya tidak perlu ia lakukan. Apalagi jika itu hanya sekedar untuk jjss (jalan-jalan seorang sendiri), refreshing, berkeliaran di mal-mal, tempat-tempat hiburan, dan lain sebagainya.
Satu hal yang perlu menjadi peringatan kepada kaum wanita, adalah bahawa ketika seorang wanita keluar dari rumahnya, maka syaitan akan menjadikannya indah dalam pandangan manusia, sehingga ia rentan terhadap berbagai godaan dan fitnah. Intinya, jika memang tidak ada suatu keperluan yang memang betul-betul penting, maka hendaklah para wanita tetap tinggal di rumah-rumahnya, agar terjaga diri dan kehormatannya, dan terjaga pula masyarakatnya dari kemungkinan perilaku moral dan tatasusila.
4. Lebih senang melakukan perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan maksiat dan sia-sia.
Jika ada yang bertanya, apa yang suka dilakukan kaum wanita selain mengurus rumah tangganya? Maka biasanya orang akan menjawab: “Ngerumpi”. Ngerumpi ini sudah menjadi trend mark-nya wanita. Dan sudah menjadi rahasia umum jika yang dibicarakan itu adalah isu-isu dan gosip-gosip seputar masalah rumah tangga, perselingkuhan, dan khabar-khabar angin yang belum tentu jelas hujung pangkalnya.
Dalam realiti yang lain, kebanyakan yang terlibat dalam tindak pelacuran, gelanggang mempamer-pamer body (fotomodel, fashion, pertandingan kecantikan, pertunjukan muzik dan tari, dan lain-lain) adalah kaum wanita. Tanpa sadar, kaum wanita telah dengan suka rela dijadikan sebagai dagangan. Layaknya barang, wanita sudah tidak lagi dinilai dari Who am I (siapa saya?) tetapi What am I (apa saya?). Wanita ibarat dagangan bernyawa yang dapat ditakar dengan lembaran ringgit. Yang lebih parah lagi, sudah menjadi suatu aksiom terutama di kalangan bisnes, adalah bahawa jika ingin mencapai suatu angka transaksi maksimum, memuluskan jalan meraih tender trilyunan ringgit, maka wanitalah yang menjadi senjata utamanya. Mulai dari yang menjadi SPG (Sales Promotion Girl), Marketing Manager, hingga Negosiator, wanitalah yang menjadi hujung tombaknya. Dan kaum wanita – karena lemah akalnya – merasakan semua itu sebagai tugu yang tepat untuk meraih keuntungan ekonomi dengan dalih aktualisasi diri, pemberdayaan potensi, dan sebagainya tanpa mereka sedari bahawa merekalah yang sesungguhnya diperdaya oleh orang-orang yang memiliki kecenderungan buruk.
5. Durhaka kepada suami
Durhaka kepada suami adalah menolak untuk melakukan apa yang diminta oleh suami. Adalah kewajipan isteri untuk melaksanakan perintah suaminya selama itu adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah ‘Azza wa jalla. Begitu besarnya kewajipan isteri untuk mengikuti suami sehingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah menyampaikan bahawa jika sekiranya beliau diperbolehkan memerintahkan seorang manusia untuk bersujud kepada manusia yang lain, maka beliau akan memerintahkan para isteri untuk sujud kepada suami-suami mereka. Yang terjadi di masyarakat kita adalah adanya kecenderungan para isteri untuk membangkang terhadap suami mereka, termasuk dalam hal ini adalah kelalaian mereka dalam menjalankan tugasnya sebagai isteri dan sebagai ibu rumah tangga. Mereka lebih senang sibuk dalam aktiviti di luar rumah, mengejar karier di luar rumah dan melupakan urusan rumah tangganya, menganggap pekerjaan melayani suami sebagai pekerjaan yang merendahkan martabatnya, menyerahkan urusan merawat anak kepada pembantu atau baby sitter, sibuk dalam berbagai perkumpulan arisan atau club-lub wanita, dan sebagainya. Tidaklah hairan jika kemudian keluarga-keluarga yang terbentuk adalah keluarga yang jauh dari kriteria baiti jannati(rumahku syurgaku), rumah yang betul-betul menjadi the real home bagi para anggota keluarga. Yang terjadi adalah para suami yang karena tidak mendapati isterinya di rumah, kemudian ‘jajanan’ di luar, anak-anak yang mencari perlindungan dengan mencuba narkoba, pergaulan bebas, dan lain sebagainya. Benarlah perkataan bahawa wanita itu adalah tiang negara. Jika tiangnya bagus, maka insya Allah negaranya juga baik, sebaliknya jika tiangnya jelek, maka akan binasa jugalah suatu negara.

6. Lalai dalam melakukan perintah agama.

C. Khatimah
Dari beberapa pemaparan di atas, dapat kita lihat bahawa semua kesalahan tersebut bermula dari kurangnya pemahaman sebahagian besar kaum wanita (muslimah) terhadap syariat Islam. Dan ini disebabkan karena kurangnya ilmu mereka tentang syariat ini. Kurangya ilmu menyebabkan sebahagian besar muslimah beranggapan bahwa syariat ini terlalu mendiskreditkan wanita. Mereka berpendapat bahwa Islam hanya menempatkan wanita dalam posisi yang lemah. Padahal sesungguhnya, jika mereka memahami Islam dengan baik, maka mereka akan mengetahui bahawa hanya Islam-lah yang mampu menempatkan wanita pada posisi yang paling layak kerana sesuai dengan fitrah dan kemampuan yang ada pada diri wanita itu sendiri.
Sebagai anjuran kepada kaum mukminat untuk kembali kepada Islam, karena hanya itulah satu-satunya yang boleh mengantarkan seorang wanita untuk selamat di dunia dan terlebih lagi ia insya Allah tidak termasuk dalam golongan wanita penghuni neraka, wal iyadhubillah. Semoga Allah memberikan hidayah dan pertolongan kepada kita semua. Wallahu A’lam.

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes